Kamis, 24 Maret 2011

Contoh Penyakit Air Borne Disease adalah SARS

Definisi
Sars adalah Syndroma pernafasan akut berat yang merupakan penyakit infeksipada jaringan paru manusia.

Epidemiologi
Penyebaran sars diketahui  melalui kontak langsung dengan penderita. Ludah, dahak, dan cairan yang dikeluarkan penderita sewaktu bersin dan batuk, serta aliran udara pernafasan penderita merupakan media penularan. Penyebab sars adalah virus kelompok corona, sekelompok dengan virus penyebab influenza biasa. Kelihatannya virus influenza biasa berubah menjadi ganas dan sulit dikendalikan. Menurut laporan WHO, 30 % penderita sars terjadi pada petugas kesehatan, karena kontak dengan penderita saat merawat pasien. Melihat tingkat penularan yang tinggi, WHO pada bulan maret 2003, menyatakan perlu kewaspadaan global terhadap penyakit sars.
Dapertemen Kesehatan mengeluarkan Surat Keputusan nomor 424/Menkes/SK/IV/2003. Tentang penetapan sars sebagai penyakit yang dapat menimbulkan wabah dan membuat pedoman penanggulangannya.

Distribusi Penyakit
Kejadian sars diberbagai negara periode November – 9 April 2003, WHO melaporkan negara-negara terjangkit sars yaitu : Australia, Belgia, Brazil, China, Hongkong, Taiwan, Perancis, Jerman, Italia, Irlandia, Rumania, Spanyol, Switzerland, United Kingdom, Amerika Serikat, Thailand, Singapore, Malaysia, Vietnam dan lan-lain. Total penderita 2.671 dengan 103 kematian (CFR = 3,9 %). WHO merekomendasikan setiap orang yang menderita demam panas mendadak untuk menunda perjalanannya sampai sehat kembali dari Negara terjangkit “affectiv area “ seperti Kanada (Toronto), Singapura, Cina (Beijing, Guangdong, Hongkong, Shaxi dan Taiwan) serta Vietnam. WHO melaporkan bahwa 30 % kasus sars terjadi pada petugas kesehatan. Penularan sars terjadi karena kontak pada saat merawat penderita Di samping itu risiko penularan dapat terjadi pada penderita lain yang sedang dirawat di rumah sakit, anggota keluarga serumah, orang yang menjaga penderita maupun tamu penderita.

Mekanisme Penularan
Cara penularan penyakit melalui kontak langsung dengan penderita SARS baik karena berbicara, terkena percikan batuk atau bersin (Droplet Infection). Penularan melalui udara, misalnya penyebaran udara, ventilasi, dalam satu kendaraan atau dalam satu gedung diperkirakan tidak terjadi, asal tidak kontak langsung berhadapan dengan penderita sars. Masa penularan dari orang ke orang belum teridentifikasi dengan jelas. Untuk sementara, masa menular adalah mulai saat terdapat demam atau tanda-tanda gangguan pernafasan hingga penyakitnya dinyatakan sembuh. Periode aman dari kemungkinan terjadinya penularan pada unit pelayanan atau pada kelompok masyarakat yang terjangkit KLB sars adalah setelah lebih dari 14 hari sejak kasus terakhir dinyatakan sembuh.

Gejala Penyakit
1.    Demam tinggi (lebih dari 38 derajat celcius), dan satu atau lebih gejala pernapasan, termasuk batuk, sesak napas, atau napas pendek.
2.    Kontak erat dengan seseorang yang telah didiagnosa sars.
3.    Memiliki riwayat bepergian ke tempat-tempat yang terdapat kasus sars.
4.    Hasil pemeriksaan foto paru-paru menunjukkan gejala pneumonia (radang paru).

Etiologi
Etiologi sars saat ini masih menjadi bahan penelitian para ahli. Penelitian saat ini mengarah kepada Coronavirus, walaupun tipe lain yaitu Paramyxovirus juga dipikirkan menjadi penyebab sars. Para ahli juga memikirkan kemungkinan sars disebabkan oleh infeksi ganda oleh 2 virus baru yang bekerja secara simbiosis sehingga menyebabkan klinis yang berat pada manusia.

Coronavirus
Coronavirus memiliki bentuk bundar, ukuran 100-150 nm terdiri dari RNA rantai tunggal. Dua bentuk tipe coronavirus manusia yang telah diidentifikasi adalah strain 229E yang telah diisolasi dari kultur sel seperti fibroals sel paru-paru embrional, dan strain OC43 yang diisolasi dari kultur organ. Studi pada pasien dewasa, coronavirus dijumpai pada 4 - 15 % penyakit respirasi akut dengan puncak hingga 35%. Pada anak-anak dijumpai pada 8 % dengan puncak hingga 20%.
Masa inkubasi berkisar 2 - 4 hari, lebih lama daripada rhinovirus. Untuk diagnosis serologis dengan spesimen serum, tes fiksasi komplemen dan elisa dapat mendeteksi baik strain 229E maupun OC43. Pemeriksaan hemagglutination-inhibition dapat juga digunakan untuk diagnosis serologis untuk grup OC43.

Parainfluenzavirus
Parainfluenza virus adalah penyebab penting penyakit infeksi saluran nafas bawah pada anak, yang merupakan penyebab utama croup (laringotrakeobronkitis akut) dan penyebab kedua terbanyak penyakit saluran nafas bawah akut pada bayi-bayi yang dirawat setelah RSV. Parainfluenza virus merupakan genus Paramyxovirus, berbentuk pleomorfik, berukuran 150 - 200nm, mengandung genom RNA rantai tunggal. Pada manusia virus ini diidentifikasi menjadi 4 tipe. Parainfluenza virus tersebar di seluruh dunia dan hampir semua orang dewasa pernah terkena selama masa anak-anak. Virus ini menyebar dari orang ke orang melalui sekret yang terinfeksi. Diagnosis serologis dapat dilakukan dengan cara tes fiksasi komplemen, elisa, netralisasi dan hemagglutin-inhibisi.

Manifestasi Klinis
Masa inkubasi SARS adalah 2 - 7 hari, beberapa mengatakan sampai 10 hari.
Terdapat 2 definisi kasus klinis SARS menurut WHO yaitu :
Suspected case :
·       Temperatur tubuh > 38 ° C  
·       Satu atau lebih gejala gangguan saluran pernafasan ( batuk, nafas pendek, sulit nafas, hipoksia, atau gambaran radiologis berupa pnemonia atau sindrom distress pernafasan akut)
·       Bepergian dalam 10 hari saat onset gejala ke daerah yang tercatat atau diduga terdapat transmisi sars atau kontak erat dalam 10 hari dengan penderita yang mengalami gangguan pernafasan yang bepergian ke daerah sars atau orang yang diketahui merupakan suspect case

Kontak erat
didefinisikan sebagai  orang yang merawat, tinggal serumah, atau kontak langsung dengan cairan saluran nafas dan/atau cairan tubuh dari penderita sars. Sampai tanggal 7 April 2003 area yang tercatat atau diduga sebagai area local transmision sars adalah : RRC ( terdiri dari Cina Daratan dan Hongkong ), Hanoi (Vietnam) dan Singapura.

Probable case :
·  Suspect case dengan disertai dengan gambaran foto rontgen dada sesuai pneumoni atau respiratory distress syndrome (RDS), atau
·  Suspect case yang meninggal dengan penyebab penyakit respiratorik yang tidak dapat diterangkan penyebabnya, pada pemeriksaan autopsi didapatkan hasil pemeriksaan patologi sesuai dengan RDS yang tidak dapat diidentifikasi penyebabnya.

Pengobatan
Pengobatan para penderita sars biasanya dilakukan dengan perawatan intensif di rumah sakit, terutama jika terjadi sesak napas. Penderita akan ditempatkan di ruang isolasi agar tidak menyebarkan virus ke mana-mana. Obat yang dipakai biasanya adalah obat yang mengandung kortikosoid dan antivirus ribavirin. Walaupun demikian, obat ini belum 100% efektif mengobati sars. Dan sampai saat ini belum ada satu pun obat yang efektif dalam mengobati sars. Kematian penderita pasien biasanya adalah karena adanya penyakit lain yang ada di dalam tubuh penderita, misalnya saja diabetes dan penyakit jantung.

Pencegahan
Cara paling baik dalam mencegah sars adalah dengan menghindari area/ tempat terjadinya kasus sars. Tak hanya itu, menghindari kontak intensif dengan orang-orang yang terinfeksi (penderita) sars juga mutlak dilakukan. Berbagai cara yang mengurangi risiko terjangkitnya penyakit sars juga penting untuk dilakukan. Misalnya saja adalah dengan sering-sering mencuci tangan menggunakan sabun atau pembersih tangan beralkohol.  Gunakan juga masker penutup hidung untuk melindungi/ mengurangi kemungkinan udaran yang tercemar virus sars masuk ke dalam sistem pernapasan. Kebiasaan Negara Jepang dalam memakai masker di tempat umum sepertinya memang harus ditiru. Sekali pun sedang tidak menyebar wabah penyakit tertentu.

Referensi

Sekar Ayu Arumiasih
E2A009173
Reg 2

1 komentar: